
Isu kesejahteraan mental mahasiswa menjadi perhatian serius perguruan tinggi di era digital. Hal itu tercermin dalam Seminar Pengembangan Kesejahteraan Mental Mahasiswa di Era Digital yang digelar Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V bekerja sama dengan Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (FORPIMAWA) Daerah Istimewa Yogyakarta pada Kamis (5/6/2025).
Tiga delegasi UNU Jogja turut hadir bersama 373 mahasiswa dari 74 perguruan tinggi se-DIY dalam acara tersebut. Seminar ini menyoroti berbagai tantangan kesehatan mental yang dihadapi mahasiswa, termasuk tekanan gaya hidup di media sosial, manajemen waktu yang kurang baik, hingga masalah keluarga, ekonomi, dan asmara.
Ketua Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi (IBKPT) ABKIN, Dody Hartanto, mengungkapkan bahwa mayoritas stres mahasiswa bersumber dari kemampuan mengelola prioritas kegiatan.
Baca juga : Bukan Bursa Kerja Biasa! UNU Jogja Career Days 2025 Buka Peluang Karier Ribuan Peserta dan Puluhan
“Banyak mahasiswa belum bisa memilah mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa ditinggalkan. Selain itu, media sosial memengaruhi standar gaya hidup sehingga menimbulkan tekanan bahkan depresi,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur BELMAWA Ditjen Dikti, Berry Juliandi, menekankan pentingnya perguruan tinggi memiliki layanan pendukung kesehatan mental.
“Sebagian besar kampus di Yogyakarta belum memiliki peer counselor. Keberadaan peer counselor penting agar mahasiswa mau terbuka bercerita kepada teman sebayanya. Peer counselor membantu meredam masalah sebelum semakin berat,” jelasnya.
Menanggapi kebutuhan tersebut, UNU Jogja menegaskan keseriusannya dalam menyediakan layanan kesehatan mental. Melalui Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga (Pusdeka), sejak awal 2023 UNU Jogja telah menginisiasi Klinik Konsultasi Keluarga dan Anak Muda (Klinik K2+). Klinik ini memberikan layanan konsultasi, pemulihan, dan pendampingan terkait isu-isu kesehatan mental keluarga dan anak muda dengan pendekatan psikologi dan spiritual keagamaan.
“Klinik K2+ melibatkan konselor dan konsultan ahli yang berpengalaman dalam layanan konseling. Selain itu, UNU Jogja juga aktif melibatkan mahasiswa terlatih sebagai peer counselor yang menjadi mitra sebaya bagi teman-teman mahasiswa,” kata Direktur Pusdeka UNU Jogja, Rindang Farihah.
Baca juga : UNU Jogja Dorong Alumni Lanjut Studi Internasional, Anas Sholahudin Raih Beasiswa di China Agricultural
Ia melanjutkan, program pelatihan peer counselor sudah berjalan selama dua tahun terakhir. Pada 2024, UNU Jogja memiliki 24 mahasiswa peer counselor angkatan pertama, sedangkan pada 2025 jumlahnya meningkat menjadi 27 orang yang mewakili berbagai program studi di lingkungan kampus.
Klinik K2+ UNU Jogja mengusung tagline ‘You Share, We Care‘, yang berarti ‘kamu bercerita, kami peduli‘. Klinik ini hadir untuk menjadikan kampus UNU Jogja sebagai ruang yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi mahasiswa dalam proses pengembangan diri. Selain itu, Klinik K2+ diharapkan menjadi mitra diskusi yang membantu civitas akademika dalam memecahkan berbagai persoalan keluarga dan anak muda.
Memasuki tahun ketiganya, UNU Jogja berharap layanan peer counselor semakin efektif dalam mendukung mahasiswa menghadapi tantangan kesehatan mental di era digital. Langkah ini sejalan dengan visi UNU Jogja sebagai kampus berbasis pesantren yang peduli, inklusif, dan siap membekali mahasiswa menghadapi tantangan zaman. [Latifah]