UNU Jogja bersama Jaringan Gusdurian menggelar “Gus Dur Memorial Lecture: Belajar dari Gus Dur dan Nahdlatul Ulama” di Kampus Terpadu UNU Jogja, Sabtu (23/9). Acara ini memperingati hari lahir Presiden Keempat RI yang juga Ketum PBNU 1984-1999 bernama lengkap KH Abdurrahman Wahid itu sekaligus menutup rangkaian masa orientasi Genius UNU Jogja 2023.
Mustasyar PWNU DIY sekaligus Rektor UNU Jogja 2017 – 2022 Prof. Purwo Santoso sebagai pembicara kunci memaparkan peran besar NU dalam perjalanan bangsa, sejak didirikan di masa penjajahan hingga kontribusinya hari ini. Meski saat NU lahir belum ada wujud konkret suatu negara, para kiai telah menegaskan bahwa Indonesia adalah sebuah negara-bangsa.
Baca juga : UNU Jogja Gelar Maulidan dan Doa Bersama di Kampus Terpadu
“Indonesia sebagai negara-bangsa adalah keniscayaan dan hari ini itu tidak lagi kita persoalkan karena NU sanggup membahasakan (konsep) negara bangsa dengan sangat elegan, salah satunya dengan merayakan (prinsip) hubbul wathon minal iman (cinta Tanah Air sebagian dari iman),” tuturnya.
Adapun Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla sebagai pembicara mengingatkan kaidah penting yang selalu dipegang para kiai NU, yakni merawat tradisi yang baik dan mengembangkan hal-hal baru yang lebih baik. Dalam Al Quran, kaidah ini juga didalilkan dan diibaratkan bak sebuah pohon dengan akar yang kuat.
Baca juga : UNU Jogja Tandatangani Kontrak Kosabangsa 2023
“Kaidah ini juga diterapkan oleh Gus Dur di kehidupan sehari-hari. Kalau mempelajari kehidupan, perilaku, pemikiran, dan tindakan Gus Dur, orang yang memegang kaidah ini akan kokoh sekali dan tidak bisa digoyang,” paparnya.
Selain keduanya, diskusi juga diisi paparan tentang kiprah Jaringan Gusdurian oleh Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad dan dipandu oleh moderator Maria Fauzi, founder Neswa.id.
