Masa Depan Demokrasi dan Penegakan Hukum: UNU Jogja Gagas Kesadaran Mahasiswa Sebagai Warga Negara

  • 26 Juni 2025
  • Editor UNU
  • Berita
Masa Depan Demokrasi dan Penegakan Hukum: UNU Jogja Gagas Kesadaran Mahasiswa Sebagai Warga Negara

UNU Jogja kembali menegaskan komitmennya dalam membentuk generasi muda yang kritis dan peduli terhadap isu kebangsaan. Komitmen ini diwujudkan melalui kuliah umum bertajuk “Masa Depan Demokrasi dan Penegakan Hukum Kita”, yang diselenggarakan pada Kamis (19/6) di Hall Lantai 5 Kampus UNU Jogja.

Kegiatan ini menghadirkan Achmad Munjid, Sekretaris Pusat Studi Pancasila sekaligus anggota Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai narasumber utama. Diskusi berlangsung reflektif dan menggugah, dipandu oleh Sutiyono, salah satu dosen Fakultas llmu Pendidikan UNU Jogja.

Dalam pengantarnya, Sutiyono menekankan bahwa kuliah umum ini merupakan bagian dari ikhtiar membangun ruang dialog akademik lintas disiplin. Tujuannya bukan sekadar menambah wawasan, melainkan juga mengevaluasi arah reformasi demokrasi dan hukum di Indonesia secara mendalam dan terbuka.

Baca juga : Siap Jadi Lokomotif Sektor Pendidikan, UNU Jogja – SMK Ma’arif Mantup dan SMK NU Wilangan Teken Kerja Sama

“Harapannya, forum seperti ini dapat mendorong lahirnya jejaring kolaboratif antara mahasiswa, dosen, serta praktisi hukum dan politik. Dari sana akan tumbuh gerakan civic engagement dan kontrol sosial yang lebih kuat terhadap praktik demokrasi dan penegakan hukum,” ujarnya.

Achmad Munjid membuka paparannya dengan pertanyaan mendasar: “Kenapa kita membutuhkan hukum?” Pertanyaan tersebut menjadi titik tolak dalam membedah krisis keadilan, melemahnya etika publik, serta tantangan demokrasi pasca-reformasi. Ia menekankan bahwa demokrasi bukan hanya soal sistem pemerintahan, tetapi juga cerminan tanggung jawab etis dalam menjaga kewarasan publik.

Ia kemudian mengulas kembali enam agenda utama reformasi 1998, termasuk penghapusan dwifungsi ABRI dan pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun demikian, ia menyayangkan munculnya gejala kemunduran demokrasi, seperti menurunnya independensi penegak hukum, kembalinya praktik kolusi dan nepotisme, serta menyempitnya ruang kebebasan berekspresi.

Baca juga : Ngopi Sore di ZCoffee Sky Garden UNU Jogja, Menikmati Secangkir Kopi Sembari Mewujudkan Kemandirian

Tak hanya membahas isu struktural, Munjid juga menyoroti tantangan psikososial generasi muda di era digital. Ia mengkritisi peran algoritma media sosial yang kian mereduksi daya kritis dan menciptakan pola candu. Ia mencontohkan kebijakan pembatasan aplikasi TikTok di Tiongkok sebagai bentuk intervensi sistemik terhadap dampak negatif digital.

“Kita tidak bodoh karena otak kita, tapi karena kita buruk dalam mengatur waktu,” tegasnya. Ia pun mendorong mahasiswa untuk memperkuat kesadaran diri, kedisiplinan waktu, serta manajemen diri di tengah terpaan informasi yang masif dan serba instan.

Menurutnya, kelemahan dalam manajemen diri sering kali berakar dari egoisme dan ketidakpedulian terhadap kepentingan bersama. Oleh karena itu, ia menantang mahasiswa untuk tumbuh sebagai pribadi kolaboratif dan solutif, bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Baca juga : Libatkan Mahasiswa 5 Agama, UNU Jogja dan 6 Kampus Gelar Program Peningkatan Kapasitas Mahasiswa

Lebih lanjut, Munjid menyampaikan data yang mencengangkan: hanya 4,64 persen dari 278 juta penduduk Indonesia yang berpendidikan S1 per tahun 2023. “Artinya, kita ini kelompok yang sangat beruntung. Jangan tumbuh jadi beban, tapi jadilah buah yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya mengajak mahasiswa menghayati peran strategisnya sebagai kaum terdidik.

Menutup paparannya, Munjid mengutip pemikiran Lant Pritchett dalam The Rebirth of Education (2013): “Pendidikan sejati adalah proses membentuk manusia dewasa yang berpikir kritis dan mampu berkontribusi secara bermakna.” Ia menegaskan bahwa mahasiswa bukan sekadar pencari gelar, melainkan penjaga akal sehat dan masa depan bangsa.

Melalui kuliah umum seperti ini, UNU Jogja menempatkan diri bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai ruang pembentukan kesadaran kritis dan kepemimpinan masa depan. [Latifah]

Berita Terkait

FIP UNU Jogja dan Ganesha Mandiri Jogja Jalin Kerja Sama Strategis, Siapkan Guru Masa Depan yang Peka Psikologi Anak
  • Editor UNU
  • 26 Juni 2025

FIP UNU Jogja dan Ganesha Mandiri Jogja Jalin Kerja Sama Strategis, Siapkan Guru Masa Depan yang Peka Psikologi Anak

UNU Jogja terus meneguhkan komitmennya dalam memperkuat ekosistem pendidikan yang kontekstual dan humanis....

Menjembatani Kampus dan Industri: UNU Jogja Hadirkan Edukasi Web3 Bersama Upbit
  • Editor UNU
  • 26 Juni 2025

Menjembatani Kampus dan Industri: UNU Jogja Hadirkan Edukasi Web3 Bersama Upbit

UNU Jogja melalui Fakultas Teknologi Informasi (FTI), menjalin kolaborasi strategis dengan Upbit Indonesia...

Mahasiswa Agribisnis UNU Jogja Kunjungi Pabrik Gula dan Cokelat, Dalami Proses Industri dan Manajemen Mutu
  • Editor UNU
  • 26 Juni 2025

Mahasiswa Agribisnis UNU Jogja Kunjungi Pabrik Gula dan Cokelat, Dalami Proses Industri dan Manajemen Mutu

Mahasiswa Program Studi Agribisnis UNU Jogja menggelar kunjungan industri ke dua perusahaan manufaktur...