Gelar Seminar Umum, Fakultas Industri Halal dan Pusdeka UNU Jogja Dorong Mahasiswa Turut Aktif Cegah Stunting bersama BKKBN DI Yogyakarta

Yogyakarta, Indonesia - Pada Mei 2025 Kementerian Kesehatan RI melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 adalah 19,8%. Angka ini lebih rendah 0,3% poin dari target prevalensi stunting yang ditetapkan untuk tahun 2024 yaitu 20,1%.

Sejalan dengan itu, dalam seminar ‘Membangun Generasi Emas Bebas Stunting Sejak Dini: Peran Keluarga dan Kampus’ yang digelar oleh Fakultas Industri Halal dan Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga (Pusdeka) UNU Jogja, Ketua BKKBN DI Yogyakarta, Mohamad Iqbal Apriansyah, S.H., M.PH juga memaparkan data prevalensi stunting paling tinggi di DI. Yogyakarta berada di Kabupaten Gunung Kidul, diikuti Kulon Progo, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

“Angka prevalensi di Gunung Kidul mencapai 19,7 persen, Kulon Progo mencapai 18,0 persen, Sleman mencapai 17,3 persen, Bantul mencapai 16,5 persen dan Kota Yogyakarta mencapai 14,9 persen,” paparnya, Kamis (30/10). 

Sedangkan untuk keluarga berisiko stunting di DI. Yogyakarta mencapai 76.158 yang tersebar di 4 Kabupaten dan 1 Kota. “Angka ini menjadi masalah serius yang harus kita garap bersama untuk menyambut Indonesia Emas di tahun 2045. Untuk mencapainya target ini, kita harus bekerja sama baik pemerintah dengan lembaga pendidikan begitupun swasta,” jelasnya.

Ia menjelaskan beberapa upaya yang telah pihaknya lakukan adalah dengan melibatkan peran  akademisi, khususnya dosen dan mahasiswa untuk turut berperan aktif mensosialisasikan pencegahan stunting di lingkungan masyarakat. “Seperti pada program KKN yang biasa digelar oleh perguruan tinggi ke daerah-daerah yang ada di Yogyakarta, kami sisipkan gagasan mengenai stunting kepada masyarakat melalui mahasiswa,” terangnya. 

Sejalan dengan itu, Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian UNU Jogja, Andra Tersiana mengatakan Fakultas Industri Halal UNU Jogja memiliki konsen serius untuk turut aktif dalam isu ini. “Kami memiliki 3 program studi yang berkaitan erat dengan isu ini, program studi Agribisnis, Teknologi Hasil Pertanian dan Farmasi. Program studi ini memiliki gagasan serius untuk turut serta dalam penuntasan stunting di DI. Yogyakarta dan juga daerah asal mahasiswa” jelasnya.

Ia berharap, melalui seminar ini mahasiswa dapat menemukan potensi diri dan mampu menjalankan perannya secara optimal dalam menyongsong generasi emas yang tangguh. Selain itu, ia juga mendorong kalangan akademisi dapat melakukan kolaborasi dalam mengembangkan produk berbasis pangan lokal yang berkontribusi terhadap upaya pencegahan stunting.

Direktur Pusdeka UNU Jogja, Rindang Farihah juga menambahkan, Pusdeka UNU Jogja juga turut aktif untuk membuka wawasan dan kesiapan mahasiswa sebagai agen muda untuk turut serta dalam penuntasan isu stunting. “Salah satu upaya kami adalah dengan membuka ruang diskusi baik dalam forum besar dan kecil untuk membahas isu ini. Kami juga sudah mengirimkan kandidat terbaik mahasiswa untuk langsung terjun ke masyarakat,” ungkapnya. [Latifah]