
Direktorat Center for Sharia Finance and Digital Economy (Shafiec) UNU Jogja menyelenggarakan acara sharing session bertajuk Halal Talks: Kolaborasi Akademik dan Industri Internasional, Senin (26/5). Diskusi ini menghadirkan dua pembicara kunci: Hamid Abdul Qodir Distefano, CEO Halal Italia, dan Prof. Abdul Rohman, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Direktur Shafiec Maria Fauzi mengatakan bahwa acara ini merupakan bagian dari inisiatif UNU Jogja dalam memperluas jejaring global dan memperkuat kontribusi akademik dalam pengembangan industri halal.
Dalam sambutannya, Pelaksana Harian Rektor UNU Jogja Suhadi memberikan gambaran umum mengenai kampus yang saat ini memiliki lima fakultas: Fakultas Ekonomi, Fakultas Industri Halal, Fakultas Pendidikan, Fakultas Studi Islam Interdisipliner, dan Fakultas Teknologi Informasi. Fakultas Industri Halal sendiri menaungi program studi Farmasi, Agribisnis, dan Teknologi Hasil Pangan.

“UNU Jogja sangat antusias untuk belajar dari pengalaman Italia dalam membangun industri halal,” ujar Suhadi.
Ia menekankan pentingnya sertifikasi halal serta peran universitas dalam mendirikan Halal Center sebagai pusat riset dan edukasi. “Sesi ini kami maksudkan untuk mendorong pendekatan lintas disiplin serta memperluas perspektif mahasiswa dan akademisi dalam melihat potensi industri halal,” tambahnya.
Hamid Abdul Qodir, Distefano pendiri dan CEO Halal Italia dalam paparannya memberikan gambaran menyeluruh tentang perkembangan industri halal di Italia.
“Halal Italia bermula dari sebuah departemen kecil dalam komunitas keagamaan. Sekarang, kami sudah menjadi lembaga independen yang diakui pemerintah Italia dan mensertifikasi lebih dari 475 perusahaan,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa Halal Italia kini mempekerjakan sekitar 40 staf profesional dan terus berupaya menjaga standar halal secara ketat.
“Kami ingin menjadi jembatan antara industri Italia dan pasar halal global. Kunci dari pendidikan halal adalah rasa ingin tahu dan konsistensi dalam menerapkan prinsip-prinsipnya secara aplikatif kepada generasi muda,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Abdul Rohman dari UGM menyoroti tren dan tantangan industri halal di tingkat global. “Halal bukan sekadar label atau sertifikasi, melainkan sistem nilai. Untuk itu, pengembangan industri halal harus mencakup etika dan keberlanjutan lintas sektor dan negara,” tegasnya.

Ia menambahkan, “Riset global menunjukkan bahwa tren industri halal berkembang pesat, tapi tantangannya juga semakin kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan ilmiah dan kolaboratif untuk menghadapinya,”
Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kepesantrenan dan Transformasi Sosial, Abdul Ghofar, Sekretaris Eksekutif, Suhati, serta segenap jajaran direktur dan dekan di lingkungan UNU Jogja. Kehadiran para pimpinan ini menunjukkan dukungan penuh terhadap upaya memperkuat kolaborasi akademik dan industri dalam pengembangan ekosistem halal di Indonesia.
Melalui diskusi ini, UNU Jogja menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat pembelajaran dan kolaborasi internasional di bidang halal, serta memperkuat peran Indonesia sebagai rujukan global dalam pengembangan industri halal yang berbasis ilmu pengetahuan dan nilai. (Latifah)